Selasa, 28 September 2010

URGENSI TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH SATELIT
UNTUK PERTAHANAN KEAMANAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Oleh : Kol CTP Umar S. Tarmansyah, Puslitbang Indhan Balitbang Dephan

________________________________________


PENDAHULUAN

Sejak awal peradaban manusia telah muncul kesadaran untuk mengetahui hakekat bumi sebagai tempat tinggal manusia. Berawal dari kesadaran tersebut maka berkembanglah berbagai studi tentang ilmu kebumian, seperti Geografi, Geologi, Hidrologi, Meteorologi, Klimatologi dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan jaman muncul studi kebumian yang memusatkan perhatian pada aspek khusus, seperti Geodesi (tentang bentuk dan ukuran bumi), Kartografi (tentang cara menggambarkan permukaan bumi) dan terakhir Fotogrametri (penggambaran muka bumi via media foto dan citra penginderaan jauh).

Kemampuan peradaban manusia dan semakin padatnya penduduk bumi, melahirkan kesadaran moral, manusia untuk tidak memperlakukan lingkungan tempat tinggalnya dengan semena-mena, sehingga dipandang perlu adanya manajemen pembangunan lingkungan (wilayah) untuk memelihara keseimbangan lingkungan, mencegah kerusakan dan dapat mengantisipasi keadaan yang akan datang. Sebagai sarana perencanaan pembangunan wilayah memerlukan peta kondisi lingkungan yang mutakhir beserta potensi dan kendala yang dimiliki daerah tersebut Kebutuhan ini mendorong percepatan atau perkembangan pengumpulan informasi geografi dan pemetaan yang mutakhir dalam hal ini teknologi penginderaan jauh (Inderaja) yang dari waktu ke waktu semakin maju dikembangkan untuk mampu menjawab tantangan kebutuhan tersebut.

Melalui pendekatan interdisipliner dari berbagai cabang ilmu kebumian seperti : geografi, geologi, geomorfologi, petrologi, klimatologi, meteorologi dan geofisika, maka informasi tentang segala fenomena dan latar belakang masalah kebumian dapat diungkapkan dengan lebih jelas, spesifik dan lebih bermakna. Pelibatan cabang-cabang ilmu kebumian tersebut (sebagai ilmu bantu) dalam mengupas/mengatasi suatu fenomena atau masalah kebumian, dapat menghasilkan suatu kajian yang lengkap dan komprehensif. Pemanfaatan remote sensing dan fotogrametri merupakan suatu revolusi dalam mengungkap fenomena (masalah kebumian). Dengan remote sensing dan fotogrametri yang pada dasarnya merupakan perpaduan antara iptek kebumian, teknologi informasi dan komputer telah dapat mempercepat proses identifikasi dan pemahaman atas masalah yang terjadi pada ruang muka bumi (geospatial) secara interrelationship dan/atau interdependental. Melalui pendekatan antardisiplin ilmu (multi disiplinery approach) terhadap suatu masatah geospatial dan penggunaan teknologi remote sensing serta computer secara terpadu telah menjadi suatu sarana yang ampuh dalam memecahkan masalah geospatial secara cepat dan akurat. (Tono S., 2003)

SEKILAS PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDERAJA (REMOTE SENSING).

Lahirnya teknologi Inderaja erat kaitannya dengan teknologi pesawat atau wahana terbang seperti balon udara pesawat terbang dan satelit serta teknologi di bidang fotografi danlatau fotogrametri. Pada Perang Dunia ke-II terjadi persaingan teknologi militer antara pihak Amerika dan sekutunya dengan pihak Jerman dan Jepang sebagai lawannya untuk memperoleh keunggulan. Salah satu teknologi tersebut adalah teknologi lnderaja yakni kemampuan mendeteksi kekuatan musuh dari jarak jauh melalui pemotretan dari wahana atau pesawat terbang.

Setelah ditemukan dan dikembangkannya teknologi Fotogrametri yang dapat mentransformasikan citra foto ke bentuk peta garis (peta topografi), mulailah sejak itu dikenal metode fotogrametri di bidang pemetaan topografi. Sejalan dengan kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi, maka teknologi Inderaja juga mengalami kemajuan yang pesat. Dengan melibatkan ahli-ahli di bidang ilmu-ilmu kebumian (Geologi, Geografi, Hidrologi, Geodesi dan lain-lain) citra foto udara ternyata dapat dimanfaatkan di lapangan yang lebih luas karena dari citra tersebut dapat dianalisis potensi sumber daya alam dan bencana alam, kondisi iklim/cuaca serta aspek-aspek geografi lainnya.

Perkembangan selanjutnya lebih mengejutkan lagi, setelah ditemukan teknologi citra satelit yang dapat mendeteksi potensi sumber daya alam dari satelit yang mengorbit dari ketinggian ribuan kilometer dari permukaan bumi Kelebihan teknologi citra satelit ini dapat meliput daerah yang luas secara cepat dan mengulanginya secara periodik dalam siklus waktu relatif singkat (kurang dari satu bulan).

Pada saat ini di beberapa negara maju tetah berhasil menerbangkan beberapa jenis satelit untuk pemotretan bumi, antara lain Landsat milik USA, SPOT milik Perancis,ERS (Earth Resources Satellite) oleh konsorsium beberapa negara Eropa (ESA), Radarsat (Kanada), JERS (Jepang) dan IRS (India). Indonesia sebagai negara berkembang belum memiliki Satelit Inderaja, tetapi memiliki Stasiun Bumi penerima (receiver) Citra lnderaja, yaitu Stasiun Bumi Parepare di Sulawesi Barat. Sehubungan dengan itu, Indonesia menjalin kerjasama dengan negara-negara pemilik satelit tersebut untuk turut memanfaatkannya (Mulyadi K. 1998)

Kendala Teknologi Satelit lnderaja

1) Sebagai salah satu produk teknologi modern, teknologi Inderaja juga sama dengan produk teknologi lain yakni amat bergantung pada kelengkapan sistem, apabila salah satu bagian perangkat teknologi ini mendapat gangguan, maka seluruh sistem menjadi lumpuh.

2) Teknologi ini belum dikuasai oleh Indonesia sepenuhnya, sehingga dalam beberapa hal kita masih bergantung kepada luar negeri baik segi peralatan, maupun sarana produksi, termasuk dana karena teknologi ini mahal atau padat modal.

3) Kecuali citra radar, Landasan dan SPOT belum dapat menghadapi kendala awan yang menutupi suatu daerah.

4) Teknologi Inderaja berkembang pesat dan mahal sehingga untuk negara negara berkembang-termasuk Indonesia-dirasakan berat untuk mengikutinya.

Peluang teknologi Satelit Inderaja :

Teknologi ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1) Pemanfaatannya telah dapat menyajikan informasi geografi dari suatu liputan wilayah yang luas dalam waktu relatif singkat.
2) Telah terjalin kerjasama dengan semua pemilik satelit dan mendapat beberapa kemudahan seperti pinjaman alat, bantuan teknologi dan lain-lain.
3) Dengan teknologi ini pemutakhiran data dapat dilakukan secara periodik dengan siklus waktu yang singkat bahkan setiap saat biIamana diperlukan.
4) Kemajuan teknologi Inderaja yang dapat diintegrasikan dengan teknologi informasi dan komputer sehingga memungkinkan pemanfaatannya dalam bidang-bidang yang semakin luas.
5) Kemajuannya yang pesat di bidang resolusi spasial, dimana sekarang telah mencapai 1 meter memungkinkan kedepan citra satelit digunakan sebagai bahan pembuatan peta topografi dan peta tematik skala besar.

Data, Wahana, Sensor dan Radar.

Data satelit atau data foto udara adalah informasi yang terkandung dari citra satelit atau foto udara tersebut.
Wahana adalah media atau sarana dari mana citra foto atau satelit diambil. Dalam hal ini bisa berupa pesawat udara, balon udara atau satelit.
Sensor adalah perangkat perekam optis yang ada pada kamera foto atau perekam gelombang elektromagnetik pada Inderaja satelit.
Radar. Penggunaan radar merupakan peralihan dari penggunaan gelombang elektromagnetik yang pasif pada SPOT dan landsat ke penggunaan SAR (Synthetic Aperture Radar) yang memiliki sumber energi sendiri (aktif).
Produk Inderaja. Produk Inderaja terdiri dari tiga bentuk. yaitu film dan foto (pada citra foto) dan CCT (Computer Compatible Tape) yang berisi rekaman gelombang elektromagnetik pada citra satelit yang dipantulkan dari permukaan bumi.
Prinsip Kerja. Prinsip kerja Inderaja terdiri atas :

a. Pada citra foto yang diambil dan pesawat terbang sama dengan pengambilan gambar pada kamera biasa yakni pengambilan gambar tentang alam oleh kamera, hanya pengambilannya dari jarak jauh dalam posisi relatif tegak.

b. Pada citra satelit adalah memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari sinar matahari ke permukaan bumi, kemudian dipantulkan kembali ke angkasa dan ditangkap oleh alat sensor yang ada di satelit Inderaja. Rekaman pantulan gelombang elektromagnetik dari setiap jenis obyek yang berbeda menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda pula. Dengan menggunakan saluran (Band) Multi Spectral Scanner (MSS) dan kemampuan pencitraan resolusi tinggi, maka data/informasi obyek di bumi akan semakin jelas dan tinggi kualitasnya.

Beberapa Satelit lnderaja dan Stasiun Bumi Satelit.

Sekarang di dunia telah ada beberapa satelit Inderaja. Beberapa diantaranya telah dan akan dimanfaatkan Indonesia, yaitu :

1) Landsat milik USA. Landsat sampai saat ini telah sampai pada generasi ketujuh sesuai dengan kemampuan resolusinya dibedakan atas tipe MSS (Multi Spectral Scanner) yang beresolusi 80 m dan tipe TM (Thematic Mapper) yang beresolusi 30 m (pada landsat-5 dan Landsat-7). Landsat adalah pengembangan dari ERTS (Earth Resources Technology Satellite).

2) Satelit SPOT. Satelit SPOT milik Perancis yang diluncurkan tahun 1986 dan beredar pada ketinggian 830 km cakupan ulang pada daerah yang sama setiap 16 hari, SPOT memiliki dua sensor (HRV1 dan HRV2). Kamampuan lebar cakupan 60-80 km.

3) Satelit Radar SAR (Svnthetic Aperture Radar). atau Radarsar adalah milik Kanada (Canadian Space Agency), pengoperasiannya dikontrol dari stasiun bumi yang ada di Prince Albert, Saskatchevan. Quebec. Kelebihan satelit dengan sensor SAR dapat menembus awan dan kegelapan malam serta mampu menampilkan data stereoskopis, pengulangan orbit setiap 24 hari.

4) Satelit ERS (Earth Resources Satellite. Satelit ini dibangun dan dikembangkan oleh ESA (European Space Agency). Terdiri dari ERS-1 dan ERS-2, merupakan satelit sumberdaya alam. Keduanya mengorbit pada trek orbit yang sama, yaitu orbit polar yang membawa sensor SAR sehingga memiliki kemampuan seperti Radarsat.
5) Satelit JERS. Satelit ini milik Jepang, menggunakan sensor optik dengan resolusi tinggi (18 m) yang bekerja pada gelombang visible hingga near infrared (VNIR). Penggunaan kanal Infra Red ini sangat efektif untuk mendeteksi sumberdaya mineral (Sitanggang, G., 1998).

Stasiun Bumi. Belum semua negara memiliki stasiun bumi yang memanfaatkan satelit Inderaja, namun beruntung Indonesia termasuk salah satu diantara yang sudah memilikinya. Stasiun-stasiun bumi di dunia antara lain adalah Prince Albert (Canada), Fair Bank (Alaska, USA), Goldstone (California, USA), Curoba (Brazil), Chiquita (Argentina), Kiruna (Swedia), Fucino (ltalia), Yohannes burg (Afrrika Selatan), Hiderabad (India), Bangkok (Thailand), Alice Spring (Australia), Singapura, Pare-pare (Indonesia), Taiwan, dan Malaysia.

A P L I K A S I T E K N O L O G I P E N G I N D E R A A N J A U H DIINDONESIA

Penerapan Teknologi Inderaja di Bidang Pembangunan.

Produk teknologi Inderaja di bidang pembangunan semakin dirasakan manfaatnya. Sejalan dengan kemajuan yang dicapai di bidang teknologi tersebut, sekarang telah memiliki kemampuan menyajikan informasi spatial (keruangbumian) yang semakin luas dan semakin akurat. Kemampuan teknologi Inderaja Satelit yang dapat meliput daerah secara luas dalam waktu singkat serta dilakukan secara periodik, telah menjadikan teknologi ini tidak saja sekedar pengumpul data/informasi spatial, tetapi juga sebagai sarana pemantauan dinamika perkembangan wilayah dan sarana/alat guna mengevaluasi dampak pembangunan terhadap ruang muka bumi.

a. Penerapan di Bidang Inventarisasi Sumberdava Alam. Potensi sumberdaya alam (SDA) bagi nagara sedang berkembang (developing country) seperti Indonesia belum dapat diketahui secara pasti dan menyeluruh, terutama untuk daerah luar Jawa yang berpenduduk relatif jarang. Dengan adanya teknologi Inderaja Satelit, proses inventarisasi SDA tersebut dapat dipercepat. Salah satu kegiatan yang telah hampir selesai dilaksanakan adalah inventarisasi sumberdaya lahan Nasional (SDLN) yang diwujudkan dalam bentuk peta tematik RePPProT (Regional Physical Planning Program for Transmigration), proyek bersama Deptrans PPH, BPN dan Bakosurtanal di era Orba. Daerah dengan potensi sumberdaya lahan (SDL) yang miskin, namun padat penduduknya diplot sebagai daerah sumber penyedia transmigran, sedangkan daerah dengan potensi SDL yang kaya SDA di luar Jawa diplot sebagai daerah tujuan/penerima transmigran. Dalam peta RePPProT tersebut tergambar pula kondisi vegetasi/tutupan lahan di setiap daerah. Potensi-potensi SDA yang lain seperti sumberdaya mineral tambang, air tanah, sumberdaya maritim, dll., semuanya dapat diketahui melalui teknologi Inderaja.

b. Penerapan di Bidang Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan Perikanan. Kemampuan citra Landsat TM dan SPOT/P yang dihasilkan Multiband Scanner telah mampu mengidentifikasi jenis-jenis tanaman, kondisi tanaman dan menentukan jenis tanah serta sifat-sifat tanah lainnya. Bahkan dengan penggunaan Landsat TM beresolusi tinggi, kematangan tanaman dan ukuran rata-rata pohon di hutan dapat diketahui. Dengan kemampuan pemantauan Inderaja yang bersifat periodik dapat diketahui dan dievaluasi perkembangan/perubahan areal tanaman atau tumbuhan hutan setiap waktu. Sehingga dengan demikian teknologi ini merupakan sarana pengawasan pembangunan yang efektif dan efisien.

Di bidang perikanan, jasa teknologi ini juga dapat dirasakan manfaatnya, sekalipun tidak langsung. Hal-hal yang diketahui secara langsung adalah kondisi kekeruhan air, gerakan massa air (arus, panas atau dingin) dan sifat air lainnya. Dengan mengetahui kondisi air seperti itu dapat diperkirakan di tempat mana saja terdapat kumpulan ikan jenis tertentu. Para pencuri ikan (illegal fishing) juga menggunakan data peta/citra hasil teknologi Inderaja Satelit ketika mencuri ikan di perairan Indonesia. Sehubungan dengan itu, dengan memahami hasil anaIisis Inderaja di perairan, aparat Kamla dapat memperkirakan keberadaan para pencuri ikan (Hasyim B., 1995).

c. Penerapan di Bidang Pemantauan Bencana Alam. Sebelum bencana alam terjadi biasanya didahului oleh adanya gejaIa-gejala tertentu. Contohnya, sebelum gunung api meletus biasanya didahului oleh adanya peningkatan suhu permukaan bumi di sekitar gunung api tersebut. Peningkatan panas ini dapat diketahui dari perubahan yang terjadi pada citra Satelit Inderaja. Bahaya longsoran tanah atau pergeseran tanah pada umumnya diawali dengan adanya retakan atau rekahan atau patahan bidang tanah secara vertikal. Gejala demikian dapat diketahui dari hasil analisis citra foto atau citra radar.

Bahaya badai atau angin ribut sebelumnya dapat diketahui dari adanya dua blok massa udara bertekanan sangat tinggi dan di lain pihak massa udara bertekanan rendah. Gejata udara ini dapat diketahui dari citra satellt GMS (Geostationary Meteorological Satellite). Demikian pula dengan bencana alam lainnya seperti banjir, kebakaran hutan, secara tidak langsung dapat diramalkan sebelumnya melalui perubahan gejala tertentu pada lingkungan setempat.

Perubahan gejata ini dapat diketahui dari perubahan citra satelit dalam kurun waktu yang relatif singkat (Mahdi Kartasasmita, dkk, 1998).
Dengan citra satelit, kebakaran hutan dapat diketahui secara dini, bahkan dapat diantisipasi. Guguran daun dari pohon-pohon pada suatu areal hutan yang luas akibat kekeringan pada musim kemarau sangat rentan menimbulkan kebakaran yang hebat bilamana pada areal hutan tersebut berhembus angin kencang. Kondisi tersebut dapat diketahui dari citra Satelit. Kita, bahkan penduduk negara tetangga kita dapat mengetahui jumlah titik api pada kebakaran hutan di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dll.

Untuk bencana alam yang ditimbulkan oleh dampak perbuatan manusia, seperti pertanian liar di daerah terlarang, illegal logging, illegal mining, dan lain-lain, dengan data citra satelit dapat diketahui dan bahayanya dapat diantisipasi secara dini. Kerusakan lingkungan, khususnya hutan yang sekarang marak terjadi dengan demikian dapat diminimalisasi, karena segera dapat diketahui sejak dini melalui citra satelit (Agus Hidayat, 1995).

d. Penerapan Teknologi Inderaja untuk Bidang Survei dan Pemetaan (Surta). Bidang Surta sudah cukup lama memanfaatkan jasa teknologi Inderaja ini. Sejak diperkenalkannya teknologi Fotogrametri di bidang pemetaan topografi di Indonesia pada tahun 1975, maka sejak itu teknologi terus dikembangkan oleh lembaga pemetaan nasional, seperti Bakosurtanal, Dittopad, Dissurfotrud dan Dishidrosal serta perusahaan pemetaan swasta skala besar seperti Mapindo, Exsa Internasional dan lain-lain.

Sebelum era metoda fotogrametri, pemetaan topografi diselenggarakan dengan metoda terestris, yakni pengukuran langsung di lapangan dengan alat-alat ukur terestris, seperti : Theodolite, Waterpass, dll. Dengan metoda fotogrametri pengumpulan data dilakukan melalui pemotretan udara dari wahana pesawat terbang. Melalui perangkat peralatan plotter, aerotriangulasi dan rektifikasi, citra foto dapat diubah menjadi peta garis (peta fotografi). Kehadiran teknologi fotogrametri ini telah membawa perubahan besar di bidang pemetaan, karena dengan metoda ini pemetaan wilayah dapat dilaksanakan lebih cepat, efektif dan efisien.

Kehadiran teknologi Inderaja melalui wahana satelit telah memungkinkan kemajuan yang lebih tinggi lagi di bidang Surta. Dari citra satelit yang dapat menggambarkan unsur-unsur detail di permukaan bumi merupakan sarana media cukup baik untuk survei pendahuluan (feasibility study) dalam proyek-proyek pembangunan kewilayahan. Dalam kegiatan pemetaan, citra satelit dapat digunakan sebagai bahan yang dapat diproses untuk pembuatan peta-peta sumber daya secara khusus (peta-peta tematik) dan peta topografi skala kecil.

Bahkan dengan semakin majunya teknologi Inderaja melalui satelit sekarang telah dapat menghasilkan citra yang resolusinya sangat tinggi (satu meter), seperti yang dihasilkan Satelit Ikonos 2. Data citra satelit resolusi tinggi seperti itu dapat digunakan untuk pembaharuan peta topografi skala besar. Dengan citra satelit resolusi tinggi, informasi spasial daerah-daerah terpencil yang belum dipetakan dapat diketahui (Tono S., 2003)

Penyempurnaan teknologi inderaja satelit untuk pemetaan topografi terus diupayakan dan diharapkan tidak lama lagi, dengan bantuan Citra Satelit pembuatan peta topografi standar nasional untuk seluruh wilayah NKRl dapat dituntaskan (1:50.000). Sekalipun diakui kehadiran teknologi Inderaja dapat mempercepat proses pembuatan peta topografi, namun metode pemetaan konvensional (terestris) tidak ditinggalkan, mengingat teknologi Fotogrametri dan lnderaja satelit sangat rawan terhadap gangguan/kerusakan serta punya ketergantungan yang kuat dengan pihak luar negeri sebagai pemilik teknologi satelit. Oleh karena itu bagi Indonesia, lembaga pemetaan TNI khususnya, teknologi inderaja yang diaplikasikan di bidang pemetaan bersifat “komplemen”.

e. Penerapan di Bidang Lain-lain. Dengan informasi spasial secara global dari Citra Satelit, pemerintah (pusat) dapat menjadikannya sebagai alat monitoring dan pengawasan penggunaan wilayah dan SDA di setiap Daerah Otonom(provinsi, kabupaten/kota). Apakah wilayah dan SDA Daerah Otonom dikelola dengan baik atau buruk ? Apakah pola dan cara / teknik pengelolaan wilayah / SDA di daerah tersebut berdampak buruk terhadap daerah otonom tetangganya ? Pertanyaan- pertanyaan tersebut diatas dapat dijawab dari hasil analisis dan diseminasi Citra Satelit yang dapat dilakukan secara periodik atau kapan saja diperlukan.

Dengan data Citra saat ini pemerintah juga dapat menilai apakah penentuan besaran NJOP pajak bumi dan bangunan (PBB) di setiap daerah sudah tepat/sesuai dengan fakta yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan sesuai dinamika pembangunan.

APLIKASI TEKNOLOGI INDERAJA UNTUK BIDANG HANKAM.

Teknologi Inderaja dapat dimanfaatkan untuk kegiatan militer/Hankam, baik operasi tempur, operasi intelejen, kegiatan militer dan kepentingan Hankam lainnya.

a. Operasi Tempur (Opspur) dan Operasi Intelejen (Opsintel). Untuk Opspur dan Opsintel ada jenis satelit khusus yakni satelit militer yang mempunyai sensor beresolusi tinggi (Decimetric dan Metric Resolution = Resotusi di bawah 1 m). Peralatan tersebut dapat dipasang pada satelit maupun wahana terbang lain (pesawat terbang, balon udara , dll.) Beberapa jenis pesawat dirancang untuk kemampuan tersebut antara lain: Bigbird, Cosmos dan Keyhole (semuanya beresolusi kuranglebih 1 m) yang mampu mendeteksi benda yang berukuran .

Perangkat pesawat tersebut mampu mendeteksi dengan tepat baik benda yang sedang bergerak (moving target ground vehicles) maupun benda tak bergerak (fixed target). Satelit Helion, SPOT / Pan dan KFA 1000 mempunyai resolusi 1,0 sampai 10 m. Jenis pesawat tersebut cocok untuk mendeteksi kegiatan gerakan satuan/massa dalam jumlah terbatas (reconnaissance of selected area). Pesawat MSAR (Miniature Synthetic Aperture Radar) telah memiliki serangkaian pesawat yang masing-masing mempunyai kemampuan tersendiri. Jenis MTI (Moving Target Indication) khusus untuk mendeteksi obyek yang bergerak. FTl (Fixed Target Imaging), dirancang untuk sasaran tak bergerak dan ISAR (Inverse Synthetic Aperture Radar) untuk mendeteksi lokasi atau area termasuk kelompok armada kapal (Hartono. 1997). Kegunaan :

1) Proses Pembuatan Analisa Daerah Operasi (ADO), terutama untuk mengidentifikasi guna menentukan : 5 aspek militer dari medan, Dropping Zone, tempat pendapatan, daya dukung tanah, keadaan land cover, sumber air, kondisi cuaca.

2) Dalam mengolah Informasi/lntelejen antara lain: dapat membantu mencari dan menentukan :

a) Disposisi dan dislokasi pasukan musuh

b) Dislokasi logistik militer musuh

c) Tempat pengintaian atau peninjauan

d) Mendeteksi samaran

e) Menentukan jalan-jalan pendekat, perlindungan, medan kritis dan rintangan.

3) Untuk keperluan SAR di darat dan di laut Citra Satelit beresolusi tinggi dapat menjadi alat bantu pencarian lokasi bencana/kecelakaan yang menghendaki pertolongan segera.

4) Dapat membantu pembuatan peta militer skala besar untuk daerah yang belum ada petanya atau untuk pembaharuan peta yang datanya sudah usang.

5) Dapat membantu pembuatan Laporan Geografi Militer (LGM) atau Laporan Medan (LM) dan memperbaharui datalinformasi LGM/LM yang usang.

6) Dapat membantu menganalisis dan meramalkan kondisi cuaca (suhu, awan, tekanan udara, angin, kelembaban udara, cahaya dan kabut).

7) Sebagai sarana untuk memantau kondisi wilayah/medan tempur.

b) Kegiatan Teritorial. Kegiatan Teritorial dapat juga memanfaatkan jasa penginderaan jauh. Dalam hal ini kegiatan yang bersifat pembangunan fisik materil seperti TMMD, Operasi Bakti dan Linmas. Kegiatan-kegiatan seperti itu memerlukan data dasar wilayah berupa Informasi Geografi/SDA yang mutakhir sehingga dalam pelaksanaannya diperoleh hasil guna dan daya guna yang optimal sesuai dengan kebutuhan sekarang dan dapat mengantisipasi masa yang akan datang. Produk Inderaja yang cocok untuk kebutuhan kegiatan Teritorial adalah produk Landsat dan SPOT yang mempunyai tingkat resolusi 10 sampai dengan 80 m. Landsat Multi Spectral Scanner dan TM (Thematic
Mapper).

Masing-masing terdiri dari 4 sampai 7 band (saluran), dimana setiap saluran dirancang untuk mengidentifikasi obyek tertentu sebagai contoh : saluran/band-1 pada Landsat TM mampu menyajikan data sebaran air tanah dan jenis tanah. Saluran/band-2 mampu mengidentifikasi jenis tanaman yang sehat dan yang sakit. Saluran/band-3 mampu membedakan jenis tanaman dan tata guna lahan. Produk-produk seperti itu merupakan data awal yang sangat berharga untuk perencanaan kegiatan territorial. Sedangkan produk
Reconnaissance Spot dan Helios sangat mendukung perencanaan kegiatan operasi satuan-satuan militer (Mawardi Nur, 1998).

PROSPEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDERAJA SATELIT

Pada awal kehadirannya teknologi Inderaja Satelit diperuntukkan bagi kegiatan dan operasi militer. Namun dalam tahap-tahap perkembangan selanjutnya pemanfaatannya lebih banyak diarahkan kepada kepentingan pembangunan di segala bidang. Kemajuan yang dicapai dalam teknologi Inderaja ini telah mampu menyajikan macam-macam data atau informasi spasial yang semakin akurat.

Bahkan informasi produk Inderaja tersebut tidak saja mengenai segala sesuatu yang ada di muka bumi, melainkan juga potensi sumberdaya tambang yang ada diperut bumi dan kedalaman laut. Hingga saat ini teknologi Inderaja telah mengalami beberapa tahap perkembangan. Berawal dari pengamatan jarak dekat melalui wahana helikopter, kemudian dengan pesawat terbang sayap tetap, selanjutnya dengan balon udara dan sekarang dengan wahana satelit yang mengorbit pada ketinggian ratusan hingga ribuan kilometer dari permukaan bumi, yang jumlahnya semakin bertambah, demikian juga kemampuannya. Tampaknya teknologi Inderaja tidak akan berhenti hingga pada kondisi sekarang.

Upaya-upaya penyempurnaan atau peningkatan masih terus dilanjutkan untuk mendapat produk informasi spasial yang lebih akurat, mendalam dan mampu menembus kedalaman bumi dan samudera serta menghilangkan kendala-kendala yang masih ada.

Saat ini rekaman citra satelit telah dapat mengidentifikasi benda dengan ukuran 1 x 1 m (contoh : Citra Satelit Ikonos-2). sehingga dapat membedakan mana kerbau, mana gajah dan mana kuda. Menilik kemajuan teknologi Inderaja SateJit yang tidak pernah berhenti, era ke depan dengan data satelit orang dapat membedakan mana kambing dan mana domba (ketika resolusi spasial citra satelit sudah mencapai < style="font-weight: bold;">Pengembangan dan Pemanfaatannya di Indonesia.

Indonesia sebagai Negara berkembang yang sedang membangun guna dapat sejajar dengan negara-negara lain yang lebih maju sangat berkepentingan dengan pemanfaatan jasa dan produk teknologi Inderaja. Hal. ini semakin dirasakan pentingnya mengingat wilayah negara yang sangat luas terdiri dari perairan dan daratan yang hingga saat ini baru sebagian sumber daya alam yang telah teridentifikasi. Tuntutan untuk mengetahui potensi SDA yang belum diketahui menyadarkan kita, pentingnya pemanfaatan teknologi Inderaja tersebut.

Kondisi Indonesia yang memiliki wilayah daratan dan perairan yang sangat Iuas dengan sejumlah permasalahan lingkungan - seperti : kebakaran hutan, illegal logging, illegal fishing, illegal mining, illegal farming, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain, sangat membutuhkan jasa teknologi Inderaja yang semakin maju, cepat dan murah. Oleh karena itulah, Indonesia telah berupaya menjalin kerjasama dengan negara-negara pemilik dan pengembang teknologi ini. Wujud nyata dari kesadaran tersebut adalah telah didirikannya stasiun bumi multi misi di Pare-Pare (Sulawesi Selatan) dan stasiun pengolah data di Pekayon (LAPAN) Jakarta. Disadari bahwa pengetahuan kita tentang SDA baik di darat maupun (terutama) di laut masih sangat terbatas. Di bidang Hankam,luasnya wilayah tanah air dan panjangnya garis perbatasan negara dan pencurian SDA oleh pihak asing sangat membutuhkan informasi yang aktual yang terus menerus (real time), jasa dan produk teknologi Inderaja Satelit dalam hal ini telah dapat menjawab kebutuhan tersebut. Dengan demikian, baik untuk kepentingan Hankam maupun pembangunan, teknologi Inderaja akan semakin dirasakan kebutuhannya.

Permasalahan yang dihadapi saat ini kita belum memiliki tenaga SDM, peralatan dan dana yang cukup untuk mengembangkan teknologi Inderaja satelit dan memanfaatkannya. Namun demikian upaya untuk mengatasi kendala tersebut terus dilakukan oleh lembaga terkait. Pengembangan dan pemanfaatan jasa dan produk teknologi Inderaja masih terpusat di LAPAN dan secara terbatas pada beberapa lembaga pemetaan nasional (Bakosurtanal, Dittopad, Dishidrosal, Dissurfotrud, Exsa International), BMG , departemen tertentu (Dephan, Dephut , Deptrans, DKP). TNI, Polri dan institusi pengamanan/keamanan masih sangat terbatas menggunakan jasa dan produk teknologi Inderaja.

Pemanfaatan citra Inderaja beresolusi tinggi yang meliputi daerah luas dapat menyajikan data yang Iengkap dan mutakhir merupakan sumber daya yang paling tepat untuk perencanaan dan penataan wilayah. Sedangkan data citra Landsat- TM yang Multiband dapat menyajikan data tematis sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat mengetahui segala jenis tutupan lahan (vegetation coverage) dengan segala karakteristiknya. Sebagai contoh : Departemen Pertanian telah dapat memprediksi masa panen dan jumlah produksi padi di suatu daerah dengan bantuan data citra satelit ini. Departemen Kehutanan dapat mengidentifikasi jenis dan besaran pohon dari suatu kawasan hutan dan sebaran titik-titik api penyebab kebakaran hutan. Tanpa bantuan data citra dari satelit NOAA dan GMS, mustahil BMG dapat meramal cuaca di seluruh wilayah NKRI. Demikian juga aparat Kamla hanya dengan bantuan analisis citra Inderaja dapat mendeteksi dan mengidentifikasi kejahatan / pencurian SDA di laut dengan cepat.

Kementerian Lingkungan Hidup juga sangat membutuhkan jasa dan produk Inderaja guna mengetahui kondisi kerusakan lingkungan dengan cepat dan akurat. Departemen Sosial dan Departamen Kesehatan dengan bantuan data spasial dari hasil analisis Citra Satelit dapat mengetahui sebaran daerah miskin dan rawan bencana, yang diperlukan untuk perencanaan prioritas pemberian bantuan.

Untuk menjaga kontinuitas akuisisi dan perekaman data, LAPAN telah sedang mengembangkan program upgrading kemampuan akuisisi, perekaman dan pengolahan data landsat-7, SPOT 4 dan 5, Envisat (pengganti ERS) dan Radarsat. Pengembangan terus dilaksanakan LAPAN untuk menghasilkan metoda dan prosedur yang paling tepat untuk operasi rutin aplikasi data Inderaja Satelit. Aplikasi yang telah berhasil dikembangkan dan sudah masuk fase operasional adalah untuk penggunaan : pemantauan hutan, lahan, pemantauan musim dan penentuan awal musim hujan. Sedangkan untuk kegiatan asesmen yang sudah berhasil dilaksanakan adalah inventarisasi : hutan bakau dan terumbu karang, beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), perubahan penggunaan tanah, pemetaan, perikanan, pemantauan luas panen, pemantauan luas konversi lahan sawah ke non-pertanian, tata-ruang dan wilayah (Mahdi Kartasasmita. dkk. 1998).

Teknologi Inderaja dan Pelestarian Lingkungan. isu pelestarian lingkungan saat ini tampaknya telah menjadi kesadaran global. Semakin padatnya penduduk dunia menyebabkan tingkat ekspIoitasi SDA yang semakin tinggi sehingga mengancam kelestarian lingkungan. Bencana alam, berupa banjir, longsor, kebakaran hutan, penggundulan areal lahan terjadi di mana-mana. Bila kejadian ini dibiarkan akan mengancam kehidupan generasi manusia dan makhluk hidup pada umumnya di masa yang akan datang. Bahkan sekarangpun telah banyak species hewan dan tumbuhan yang telah punah. Untuk menghadapi ancaman yang serius ini diperlukan bukan hanya sekedar membangun kesadaran atas pentingnya pelestarian lingkungan melainkan tindakan nyata dari setiap individu untuk mengatasi kerusakan yang terjadi sekaligus upaya pelestarian lingkungan tersebut. Dihadapkan pada upaya tersebut, teknologi Inderaja dapat memberikan informasi dini tentang ancaman bahaya kerusakan lingkungan baik secara tekstual maupun secara visual pada suatu daerah yang luas, sehingga dengan demikian upaya penanggulangannya dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Dengan teknologi Inderaja ini, kita dapat mengetahui kesadaran moral suatu bangsa yang tercermin dalam sikap komunalnya terhadap lingkungan fisik negaranya, karena kerusakan lingkungan di suatu negara akan diketahui oleh negara-negara lain melalui tampilan informasi satelit Inderaja. Kerusakan dan kebakaran hutan di Sumatera. Kalimantan, Sulawesi dan Papua tidak saja menjadi perhatian dan keprihatinan kita dan negara-negara tetangga, tetapi juga menjadi
perhatian semua bangsa di dunia, karena hutan tropis Indonesia merupakan bagian besar dari paru-paru dunia yang situasi dan kondisinya menjadi perhatian masyarakat global. Karena itu kelambanan kita dalam menanggulangi kebakaran hutan setiap tahun merupakan hal yang memalukan karena menyangkut kredibilitas bangsa yang seolah-olah kurang peduli atas pelestarian fungsi global hutan tropis (Agus Hidayat, 1995)

KESIMPULAN.

a. Satelit Penginderaan jauh (Satelit Inderaja) adalah suatu teknik/cara untukmemperoleh informasi mengenai segala sesuatu di lingkungan permukaan bumi dengan memakai suatu alat yang tidak mengadakan kontak fisik secara langsung terhadap objek yang diindera, melainkan secara tidak langsung dari jarak jauh (dari udara), dalam hal ini dari Satelit yang mengorbit bumi di angkasa.

b. Citra lnderaja yang telah dianalisis merupakan data/informasi yang memiliki kegunaan untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber daya aIam (di darat dan di laut), bencana alam dan gejala cuaca atau iklim sehingga karenanya dapat digunakan sebagai sarana perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan fisik dan mendeteksi kemungkinan bencana alam. Di bidang pemetaan Citra Inderaja merupakan sarana (sumber data) untuk pembuatan dan pembaharuan peta topografi (rupa bumi).

c. Kendala teknologi Inderaja, pertama ; sebagai produk teknologi modern amat tergantung pada kelengkapan sistem, kedua ; sebagai teknologi impor, pemilik teknologi dapat mengendalikan kita sebagai konsumen produk teknologi tersebut melalui rekayasa teknologi yang dilakukan secara terus-menerus. Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia berusaha mengikuti perkembangan guna menguasai teknologi Satelit lnderaja ini.

d. Kemampuan teknologi Inderaja sebagai pengumpul, pengolah, penyaji informasi dan media pemantauan kondisi spatial merupakan sarana yang ampuh untuk mencegah dan mengatasi kerusakan lingkungan serta upaya pelestariannya. Kemampuannya yang multiguna dan dapat menyajikan data secara tepat guna untuk wilayah yang luas bagi berbagai bidang kehidupan sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara luas yang sedang membangun yang memiliki potensi SDA sekalipun potensi bencana alam yang beragam.

e. Aplikasi teknologi Inderaja di bidang pembangunan (non—militer) meliputi bidang-bidang : inventarisasi SDA; budi daya pertanian, perikanan, kehutanan dan kelautan; pemantauan dan penanggulangan bencana alam/lingkungan; survei dan pemetaan.
f. Aplikasi teknologi Inderaja di bidang Hankam/Militer meliputi : Operasi tempur; Operasi intelejen; Kegiatan territorial; Operasi kegiatan militer lainnya (Opsmil Selain Perang/OMSP)

SARAN.

Pengembangan Iptek Inderaja demikian pesat, namun pemanfaatannya yang dicapai Indonesia belum optimal, karena penguasaan sistem Iptek lnderaja di Indonesia dihadapkan pada berbagai kendala. Biaya investasi yang tinggi dalam aplikasi teknologi Inderaja merupakan kendala utama yang dihadapi Indonesia. Kendala lainnya adalah masalah keterbatasan SDM mampu, birokrasi dan regulasi perijinan dalam kerjasama Internasional antar lembaga negara/perusahaan yang bergerak di bidang ini. Padahal manfaatnya untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan wilayah sangat besar dan penting, terutama di era otonomi daerah sekarang ini. Untuk mengatasi kendala tersebut diatas, disarankan :

a. Meningkatkan kerjasama dengan negara pemilik dan pengembang teknologi dan negara tetangga pemilik stasiun bumi, bukan saja dalam pemanfaatan jasa dan teknologi, melainkan/ditingkatkan pada penguasaan Iptek Sat lnderaja melalui alih teknologi.

b. Mengingat kemanfaatan yang menyangkut lapangan kehidupan yang amat luas, di bidang-bidang inventarisasi eksplorasi, eksploitasi SDA dan penanggulangan bencana alam serta untuk pengawasan, pengendalian dan koordinasi pembangunan antar wilayah, seyogyanya pemanfaalan jasa dan produk teknologi Inderaja ini disebarluaskan di daerah-daerah. Bilamana perlu Pemda dapat membangun sarana/perangkat penerima dan pengolah data Citra Sat atas supervisi LAPAN.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Hidayat, lr. M.Eng, (1995), Pemanfaatan Kondisi Lingkungan Menggunakan Data Penginderaan Jauh, Pusfatja LAPAN, Jakarta.
2. Hartono, lr, MSc. (1997), Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Pembangunan Nasional dan Pertahanan Keamanan Negara, Dittopad Jakarta.
3. Hasyim, B. (1995), Aplikasi llmu dan “Teknologi Penginderaan Jauh untuk Invantarisasi dan Monitoring Lingkungan Pantai dan Laut, Pusfatja LAPAN, Jakarta.
4. Mahdi Kartasasmita, Ir.Ph.D, Bambang Tedjakusuma, Drs.Dipl.Ing (1998) Strategi dan Antisipasi Lapan dalam Menyongsong Kegiatan Penginderaan Jauh Abad XXI, LAPAN, Jakarta.
5. Mawardi Nur, lr (1998), Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, bagi Kepeniingan Hankam Negara, Kedeputian Inderaja LAPAN, Jakarta.
6. Mulyadi Kusumowidagdo, Drs.APU, (1998) Perkembangan Iptek Penginderaan Jauh dan Pemanfaatannya di Indonesia, Proceeding Seminar Nasional Indonesia untuk Kesehatan dan Pengendalian Lingkungan, FK UGM, Yogyakarta.
7. Sabins JR, Floyd F, (1987), Remote Sensing Principples and Interpretation, W.H. Freeman and Company, New York.
8. Sitanggang, Gokmaria, Jr, (1997), Pemanfaatan Data Inderaja untuk Aplikasi Darat, Pusfatja LAPAN, Jakarta.
................................., (1998), Pengenalan Teknologi Penginderaan Jauh dan Aplikasinya, Pusfatja LAPAN, Jakarta.
9. Suhermanto, lr, Msi, (1990), Pengenalan Teknologi Radar dan Aplikasinya, Pustekja LAPAN, Jakarta.
10. Sutanto, Drs. (1979), Pengetahuan Dasar Intertretasi Citra, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
11. Tono Saksono, Ph.D. (2003), Next Map Indonesia : Kebangkitan Kembali Industri Pemetaan Indonesia, Invited Paper for Annual Academic Forum, the Indonesian Surveyors Association, Bandung.

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
 
Template designed using TrixTGTema: Diretoria, Criado Por: ririn