
Untuk menghindar terjadinya tumpukan sapah telah dikembangkan pengelolaan dengan sistem open dumping ataupun sanitari renfile, namun lama kelamaan cara seperti itu akan banyak menyita lahan yang semakin luas. Dewasa ini berkembanglah pengelolaan sampah dengan memisahkan sampah organik dan anorganik.
Sampah organik yang terdiri dari sampah domestik dan sampah pasar dari bekas sayuran,buah yang terapkir bisa diolah menjadi pupuk organik, sedangkan sampah anorganik dipisah menjadi beberapa bagian, seperti halnya daur ulang plastik atau daur ulang biji besi dengan menggunakan teknologi.
Dijelaskan oleh Prof. Dr. Iswandi Anas bahwa Kebutuhan hara tanaman itu ada 16 unsur
esensial, yaitu sembilan unsur meliputi C, H, O, N, P, K, Ca, Mg Dan S sedangkan yang tujuh lagi meliputi Zn, C1, Mn, Mo, B, Fe, dan Cu. Unsur hara mikru diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi. Sedangkan Pupuk anorganik hanya menambahkan untus N, P, K sedang unsur lain tidak ditambah, hal ini berakibat pada keseimbangan hara yang terganggu.
Saat ini produksi sampah di kota besar tertinggi adalah Jakarta sebanyak 6500 (enam ribu lima ratus) ton perhari. Terbanyak berasal dari sampah rumah tangga termasuk limbah domestic. Sedangkan di kota-kota lain masih dibawah itu. Kota Jogja termasuk rendah produksi sampahnya untuk kategori kota besar. Secara nasional produksi sampah per hari mencapai 200.000 (dua ratus ribu) ton. Tercatat juga 70-90 % pencemaran sungai berasal dari sumber rumah tangga.
Ironisnya 90 persen TPA di Indonesia keberadaannya tidak memenuhi syarat. Seharusnya TPA dibuat dengan konsep Sanitary Land Field bukan Open Dumping System seperti kebanyakan ada. Pada tahun 2013 adalah akhir kesempatan untuk membuang secara terbuka. Setelah 2013 tidak boleh ada lagi pembuangan secara terbuka. Namun begitu Sanitary Land Field juga perlu biaya mahal, akan lebih cocok adalah sampah yang dikelola dari sumbernya, terutama sampah organic. Karena sampah organic dapat diubah menjadi kompos dan dapat mendukung pertanian berkelanjutan untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Dari sekitar 500 jumlah TPA di Indonesia, ada yang tahun ini habis masa berlakunya.
Hari peduli sampah perlu diperingati karena di 26 kota besar di Indonesia, semua potensial mengalami longsornya gunung sampah di TPA, bahkan berpotensi membunuh manusia. Ini sebuah momentum saja, karena peduli sampah seharusnya dilakukan setiap hari. Dengan kata kunci SETIAP : setiap orang, setiap rumah tangga, setiap komunitas, dan seterusnya haruslah peduli sampah. Menjadi sebuah keniscayaan ketika setiap manusia pasti akan nyampah (memproduksi sampah) di sepanjang kehidupannya.
Sumber :
(Oleh : Drs. H. A. Hamdan, M.M dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta)
0 komentar:
Posting Komentar